CIANJUR,CIANJUR.JABAREKSPRES.COM – Kasus penderita HIV/AIDS di Kabupaten Cianjur semakin meningkat. Perlu penanganan serius untuk menekan penyebaran penyakit yang belum ada obatnya itu.
Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Cianjur, dari 2001 hingga Mei 2024, terdapat 2.030 kasus pasien HIV/AIDS. Ironisnya, setelah bisa mengurangi jumlah penderita dari kalangan Wanita Pekerja Seksual (WPS), KPA harus menghadapi masalah baru yaitu komunitas LSL (Lelaki Seks Lelaki) atau lebih sering disebut gay yang menjadi penyumbang besar menularnya HIV/AIDS.
“Sejak 2023, kami berhasil meminimalisir penularan dari WPS, tetapi ada masalah baru yaitu penemuan kasus baru yang paling banyak penularan (HIV/AIDS) berasal dari komunitas gay,” kata Ketua KPA Cianjur, Hilman Kurnia, Senin (23/9/2024).
Baca Juga:Tekan BAB Sembarangan, 600 KK Diguyur Pembangunan SLBMKadin Cianjur Bawa Investor dari Korsel untuk Pengolahan Sampah, Nilai Investasi Capai Rp2,4 Trilyun
Hilman menyampaikan, rata-rata temuan kasus HIV/AIDS ini hampir setengahnya ditularkan oleh LSL. Mulai dari daerah sekitar pemerintahan, hingga daerah jauh di selatan.
“Tingkat penularan diakibatkan komunitas ini (LSL), mencapai 40 persen setiap bulannya, Taruhlah, ada 15 kasus, 6 orang terjangkit itu gay,” ujar Hilman.
Kecamatan Cianjur, Sukaresmi, Pacet, Karangtengah, dan Cipanas menurut penuturan Hilman adalah daerah yang banyak ditemukan terjangkit HIV/AIDS. Namun, daerah selatan yang terpencil pun tetap ditemukan kasus serupa.
“Yang paling banyak ada di kecamatan Cianjur, Cipanas, Pacet, Karangtengah, dan Sukaresmi. Tapi, ada juga temuan pasien dari daerah Cidaun dan Sindangbarang. Meskipun jumlahnya hanya satu-dua, tidak terlalu banyak,” imbuhnya.
Menangani hal ini, KPA gencar melakukan sosiliasasi ke beberapa daerah dan sekolah guna menurunkan dan mencegah penularan penyakit HIV/AIDS.
“Sosialiasasi ini berkolaborasi dengan LSM dan Puskesmas setempat ke daerah maupun sekolah-sekolah. Selain itu, kami melakukan VCT (Voluntary Counseling and Testing) bagi mereka yang mau sukarela diperiksa,” kata Hilman.
Sejauh ini, kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS tergolong minim. Hal itu disebabkan kebanyakan korban jiwa meninggal karena penyakit bawaan dari luar akibat imun tubuh yang menurun.
Baca Juga:Dibekali Keterampilan, Ratusan 'Janda' Ikuti Sekolah PerempuanPuluhan Lansia Mendapatkan Pengobatan Gratis Seumur Hidup
“Mengesampingkan yang tidak melapor dan terdata dari awal di kami, kematian disebabkan HIV di Cianjur itu kecil. Kebanyakan karena penyakit dari luar seperti asma, TBC hingga jamur otak. Itu terjadi karena pasien sudah terjangkit stadium tinggi atau tidak mendapatkan obat yang cukup,” kata dia.