CIANJUR.JABAREKSPRES.CIM – Ratusan janda yang diantaranya mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) ikut dalam program Sekolah Perempuan Pijar Permata. Para perempuan sebagai kepala keluarga tersebut dibekali dengan berbagai keahlian.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Tenty Maryanthy mengungkapkan para perempuan sebagai kepala keluarga tersebut saat ini masih mengikuti Sekolah Perempuan Pijar Permata. Mereka mendapatkan berbagai pelatihan sebagaimana yang dibutuhkan.
“Para perempuan yang mengikuti sekolah ini merupakan perempuan yang merupakan tulangpunggung keluarga. Mereka utamanya perempuan kepala keluarga yang tentu memiliki tanggungjawab besar terhadap keluarganya,” kata Tenty, Rabu (28/8/2024).
Baca Juga:Puluhan Lansia Mendapatkan Pengobatan Gratis Seumur HidupResmikan Bale Sawala Tani Arta Sukamanah, Bupati: Orang Bilang Tanah Kita Tanah Surga
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) kata Tenty, mereka dibekalai pengetahuan tentang peningkatan kapasitas, masalah gender, kekerasan terhadap anak, terkait aspek keuangan keluarga dan kesehatan reproduksi.
“Mereka perempuan-perempuan hebat itu juga dibekali dengan pelatihan-pelatihan seperti membuat kue, memasak, mengaput atau mejahit. Untuk menjahit kita saat ini kita latih menjahit sprei,” jelasnya.
Menurut Tenty, waktu sekolah perempuan itu selama tiga bulan dengan pemberian materi pengetahuan serta praktik. “Kita harapkan perempuan-perempuan ini bisa berdaya, menjadi mandiri, punya keahlian dan punya UMKM. Kita kerjasama dengan Diskuperdagin bahwa perempuan yang mengikuti sekolah ini memerlukan modal usaha untuk UMKM.Sedangkan untuk pemasarannya kita bantu,” katanya.
Tenty juga mengharapkan kegiatan sekolah perempuan itu tidak hanya berasal dari tiga locus (tempat), melainkan bisa lebih. “Saat ini baru dari tiga locus yakni Desa Sukasari,Kecamatan Cilaku, Desa Sukamanah, Kecamatan Cibeber dan Desa Selajambe, Kecamatan Sukaluyu. Masing-masing desa itu ada 50 peserta,” paparnya. (sri)