Teknologi Jadi Kunci Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Pekerja
Pekerja melanjutkan pembangunan rumah subsidi di Padang Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (25/8/2024). Data Kementerian PUPR, program subsidi perumahan melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) yang mencapai 166 ribu unit tahun ini telah habis dialokasikan, namun direncanakan akan ditambah pada September 2024. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/YU
0 Komentar

cianjur.jabarekspres.com, ANT – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Perumahan menekankan pentingnya inovasi teknologi dalam rangka mewujudkan rumah layak huni dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR.

“Tantangan mewujudkan pembangunan rumah terjangkau dan layak huni untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan berbagai gambaran serta situasi dan tantangan, menurut saya ke depan ini menuntut inovasi teknologi,” ujar Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto dalam seminar daring di Jakarta, Senin.

Iwan mengatakan bahwa beberapa penghargaan rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) yang diperoleh Direktorat Jenderal Perumahan bagian dari upaya untuk melakukan terobosan-terobosan bagaimana menciptakan teknologi untuk rumah.

Baca Juga:Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia dari PohnpeiBank Mega Hadirkan Fitur Tap to Pay, Bayar Belanja Jadi Lebih Mudah

“Kalau saya menganut prinsip itu BMW (biaya, mutu, dan waktu), bagaimana biaya yang dihasilkan itu sebisa semurah mungkin baik di material bangunan, struktur, metode konstruksi harus terus kita inovasi dengan menggunakan bahan-bahan seperti bahan yang tidak termanfaatkan, prinsip lean construction, dan sebagainya. Jadi kalau ada rekor misalnya bangunan tercepat sebenarnya itu berupaya melakukan efisiensi terhadap waktu,” katanya.

Kemudian terkait dengan mutu, pembangunan rumah sekalipun dengan bantuan rumah MBR, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), dan sebagainya apalagi ada intervensi dari pemerintah harus dipastikan keandalannya.

“Karena itu ada dua hal prinsip yang saya tekankan mulai akhir-akhir ini, yakni rumah yang dibangun di seluruh wilayah Indonesia dengan mekanisme apa pun, saat ini keputusan menterinya (kepmen) sedang kami buat, harus menganut prinsip yang pertama andal terutama dari aspek ketahanan gempa dan kedua memasukkan aspek green atau ramah lingkungan,” kata Iwan.

Lalu mengenai waktu, bagaimana untuk bisa melakukan konstruksi lebih cepat. Lebih cepat ini berpengaruh terhadap fungsi biaya dan lebih cepat untuk dapat dihasilkan.

“Ini menjadi tantangan kita untuk terus memajukan teknologi ini dengan tujuan utamanya adalah menghasilkan biaya yang lebih murah, mutu yang lebih baik, dan waktu lebih cepat. Ini tantangan tiga juta rumah ke depan akan bisa kita jawab apabila salah satu inovasi ini bisa kita lakukan, yakni inovasi teknologi,” kata Iwan pula.

0 Komentar