cianjur.jabarekspres.com, ANT – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memaparkan tiga subtema dalam kerangka tema utama “Strengthening Multi-Stakeholder Partnerships for Development: Towards a Transformative Change” yang akan dibahas High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024.
Pertama ialah Multi-Stakeholder Partnerships for Strengthening South-South and Triangular Cooperation yang bakal mendiskusikan bagaimana South-South dan Triangular Cooperation (SSTC) dapat meningkatkan produktivitas ekonomi negara berkembang melalui kerja sama perdagangan, peningkatan teknologi, dan konektivitas logistik.
“Sesi pertama akan fokus pada strategi kerja sama untuk memperluas partisipasi sektor swasta dalam perdagangan global dan mendorong diversifikasi produk,” ujar Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Bappenas Bogat Widyatmoko, di Jakarta, Rabu.
Baca Juga:P3DN: Jurus Kemenperin Dongkrak Industri Alat Kesehatan Dalam NegeriPemkot Tasikmalaya Perkuat Komitmen Kembangkan Wisata Tematik
Untuk sesi kedua, bakal dibahas langkah-langkah konkret meningkatkan nilai tambah produk melalui industrialisasi serta potensi sinkronisasi dengan rantai nilai regional.
Selanjutnya, diskusi terkait kerja sama dalam meningkatkan konektivitas logistik guna memastikan negara berkembang memiliki akses ke pasar global. Sesi pertama diakhiri dengan pembahasan dampak kenaikan permukaan laut terhadap perdagangan.
Subtema kedua berkaitan dengan Enhancing Welfare and Sustainability through Sustainable Economy yang berfokus pada upaya kolektif membuka peluang dan mendorong kesejahteraan lebih luas melalui transisi ekonomi berkelanjutan.
Sesi ekonomi berkelanjutan menggali terkait peran ekonomi biru dalam penciptaan nilai tambah dan produktivitas, pembangunan platform kolaboratif menuju global circular economy (ekonomi sirkular global), upaya kolaboratif dalam penjagaan rantai nilai mineral kritis di tengah transisi energi, serta mendorong kesiapan transisi menuju green jobs (pekerjaan hijau) yang adil dan berkelanjutan, khususnya di negara berkembang dan least developed countries (LDCs/negara terbelakang).
Terakhir, HLF-MSP 2024 mengangkat subtema Advancing Development through lnnovative Financing yang fokus membahas optimalisasi mekanisme pendanaan tradisional dan potensi sumber pendanaan baru guna mendorong upaya kolektif memperkecil ketimpangan pendanaan pembangunan (financing gap), khususnya antara negara berkembang dan maju. Selain itu, juga mendorong kolaborasi dan memberdayakan masyarakat yang lebih inklusif dan tangguh.
“Sesi innovative financing akan menggali terkait komitmen global dalam pemenuhan SDGs (Sustainable Development Goals) financing yang efektif, strategi inovatif dalam meningkatkan smart inbound-outbound investment, kepemimpinan Indonesia dan komitmen global dalam Global Blended Finance Alliance (GBFA), strategi microfinance dan penguatan institusinya guna meningkatkan akses pendanaan pembangunan, khususnya bagi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang berdampak besar bagi negara berkembang,” ujar Bogat.