“Kedua alatnya dalam posisi menyala (on). Kalau off tidak mungkin kami biarkan, karena SOP kami tidak memperbolehkan alat off lebih dari 24 jam,” ungkapnya.
Terpisah, Kepala pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Cianjur, Asep Sukmana Wijaya membenarkan jika Intensity Meter yang ada di kantornya menyala, namun sirene peringatan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di kantornya tidak aktif.
“Intensity meternya akan bunyi kalau ada gempa dengan kekuatan 8 magnitudo ke atas. Kalau terjadi di laut itu kan berpotensi menyebabkan tsunami. Hanya sirenenya saja yang tidak nyala,” kata Asep saat dikonfirmasi.
Baca Juga:BPIP Tegaskan Paskibraka Putri Dapat Bertugas Tanpa Lepaskan JilbabKehadiran KDM di Tasikmalaya Disambut Histeris Puluhan Ribu Warga
Selain itu, dirinya juga telah mengadakan simulasi penanganan jika terjadi bencana gempa besar di wilayah Cianjur Selatan khususnya di Kecamatan Agrabinta, Sindangbarang, dan Cidaun.
“Di Desa Cidamar, Kecamatan Cidaun; Desa Saganten, Kecamatan Sindangbarang; dan di Desa Tanjungsari, Kecamatan Agrabinta. Itu dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan pada warga pesisir, juga melatih para Relawan Tangguh Bencana (Retana) untuk penanganan saat bencana gempa besar,” ungkapnya.
Pihaknya juga sudah menyiapkan rambu-rambu jalur evakuasi ke lokasi yang lebih tinggi di daerah-daerah pesisir Cianjur Selatan.