“Belajar secara lesehan dari Desember 2023, tapi satu tahun lebih di tenda. Itupun di tenda sudah beberapa kali bahkan 9 kali ganti tenda karena kondisinya hujan angin, dan ada hewan yang merusak tenda,” katanya.
“Jadi sebisa-bisa kami meskipun di tenda kemarin satu tahun lebih kami paksakan untuk nyaman. Alhamdulillah belajar dari kejadian gempa itu sudah mengadakan tatap muka meskipun dalam keadaan hanya menghibur saja. Alhamdulillah kondisi guru semua hampir 100 persen terkena dampak, tapi masih bisa menghibur anak,” sambungnya.
Dia mengungkapkan, saat ini baru satu kelas yang memiliki bangku bantuan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur. Dia menyebut, sekolah tersebut memiliki sebanyak 8 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 282 siswa.
Baca Juga:Puluhan Warga Binaan Lapas Ikuti Penyuluhan HukumMasih Minim Perusahaan Rekrut Penyandang Disabilitas
“Sekarang baru satu kelas ada bantuan dari dinas terkait bangku. Tapi harusnya ini delapan kelas, karena ada dua kelas rombelnya dua, tapi kami di sini meskipun delapan kelas, tapi di pagi dan sore saja,” ungkapnya.
“Dari jauh-jauh hari kami sudah mengajukan bangku ke dinas, malah kemarin tiga bulan kebelakang kami sudah kembali mengajukan, namun belum ada realisasinya. Dan Alhamdulillah baru satu kelas yang datang,” tambahnya.
Dia mengungkapkan, saat ini yang dipakai alas untuk belajar para siswa yaitu menggunakan karpet yang sederhana. Akibatnya, para guru pun sering mengeluh mengalami nyeri pinggang akibat kelamaan duduk di teras.
“Yang tidak enak gurunya, kalau guru sudah beda lagi, kalau guru yang ngisi absen dan ini itu sudah nyeri pinggang. Saat ini kami menggunakan karpet yang sederhana. Satu kelas kemarin bantuan BOS saya paksakan membeli karpet,” ungkapnya.
Dia berharap kepada dinas terkait agar memperhatikan sekolahnya untuk segera memiliki bangku untuk membuat nyaman aktivitas kegiatan belajar mengajar di kelas.
“Harapannya, mohon kepada dinas pendidikan diperhatikan, karena guru honorer ini lebih dari 90 persen. Uang BOS ini dipakai beli ATK dan menggaji guru. Jadi kemungkinan ada sisa-sisa sedikit harus dikumpulkan untuk membeli bangku belum tercapai, jadi hanya bisa untuk membeli sarana pembelajaran saja. Intinya ingin ada bangku,” pungkasnya. (dik)