Tak sampai di situ, Raden Wiramanggala kembali membuka lahan ke arah selatan hingga bertemu sungai besar. Kini dikenal sebagai Sungai Cianjur.
“Di situ awal mula nama Tjiandjur dan Pamoyanan. Pamoyanan artinya tempat berjemur saat kedinginan setelah berenang di sungai,” kata Kang Pepet.
“Sementara Tjiandjoer terpikir oleh Dalem Pamoyanan saat menangis di sisi sungai. Air matanya jatuh ke sungai saat mengingat anjuran dari orang tua untuk pindah dari Cibalagung ke tempat dia berada. Muncullah kata Tjiandjoer. Hingga akhirnya pemerintahan pun pindah di tempat yang kini diketahui sebagai Pendopo,” kata dia.
Kenapa 12 Juli 1677
Baca Juga:Masih Minim Perusahaan Rekrut Penyandang DisabilitasSingkirkan Lima Desa Pesaingnya, Desa Sukamanah Cugenang Juara Lomba Desa Tingkat Kabupaten
Bagaimana para ahli sejarah, para menak dari bupati-bupati, Rumpun Wargi Cianjur (RWC) di berbagai daerah, pemerintah, juga pihak lainnya dulu menetapkan tanggal Hari Jadi Cianjur pada 12 Juli 1677?
Padahal, sebelumnya berbagai kelompok berselisih. Ada yang usul 10 Desember 1691, bertepatan dengan pindahnya Dalem Pamoyanan dari tempat asalnya di Cibalagung, Kecamatan Mande ke Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cianjur.
Ada pula kelompok lain yang usulkan Hari Jadi Cianjur pada 27 Januari 1680, ditandai dengan Bupati Priangan yang menyerah pada Hindia Belanda saat peperangan antara Dalem Wira Tanu I dengan Kesultanan Banten.
Kang Pepet pun menjelaskan jika penanggalan diambil dari saat daerah-daerah di bawah Kesultanan Mataram berkumpul dan rapat di Jepara, Jawa Tengah pada 2 Juli 1677.
“Saat itu Mataram akan diperangi Majapahit, mereka pun mengadakan pertemuan dengan orang-orang Hindia Belanda untuk membantu peperangan dengan hadiah wilayah yang ada di tanah Pasundan atau Jawa Barat,” kata dia.
Hal itu yang membuat Cianjur yang belum berdiri, tak dijajah oleh Mataram dan langsung diduduki Hindia Belanda.
Namun karena wilayah Cianjur ada di wilayah Pasundan, maka muncul anggapan jika Pasundanlah yang dijajah Hindia Belanda.
Baca Juga:Beri Motivasi Penggunaan Bahasa Inggris, SDN Ibu Dewi IV Hadirkan Siswi Sekolah InternasionalKorban Penyintas Gempa di Cugenang Dilatih Membuat Tempe
“Saat itu Tjiandjoer atau Cianjur itu belum ada sehingga tak tercatat oleh Mattheus de Haan, penulis dan ahli sejarah asal Belanda karena belum berdiri,” ungkapnya.
Pertemuan 2 Juli 1677 itu menjadi patok. Sedangkan 10 hari sisanya adalah waktu yang ditempuh dari Jepara ke Cianjur dengan berkuda.