“Ah ini mah harus ada amplop, apalagi tandatangannya tiga kali, begitu kata warga. Bahkan ada beberapa dari mereka tak mau tandatangan karena saya ga bawa bantuan,” ungkap Diana lagi.
Diajak Nikah
Hal paling mengejutkan menurut Diana selama coklit adalah saat dirinya diajak nikah oleh seorang sepuh.
Satu dari ratusan warga yang dia data, adalah seorang kakek yang tinggal sebatang kara. Tak heran, paras Diana memang cantik.
Baca Juga:Bey Machmudin: Sekolah Vokasi Variabel Penting Tingkatkan Kemampuan SDM Sekda Herman Suryatman Ajak Majelis Musyawarah Sunda Kolaborasi untuk Kemajuan Jawa Barat
“Ini serius, si kakek yang saya coklit sempat ngajak saya nikah,” kata mahasiswi semester dua itu.
“Baturan we atuh abah di diyeu, abah sapopoe nyalira (Temani saja abah di sini, abah tiap hari sendiri),” ujarnya mengulang ajakan nikah seorang sepuh di kampungnya.
Dia mengaku sempat merasa takut saat mendengar ajakan tersebut dan buru-buru menyelesaikan tugasnya.
Ingin Pijat Kretek
Diana mengaku tugasnya sebagai Pantarlih telah rampung. Dalam enam hari, dirinya selesai mencocokan data pemilih di tiga RT tersebut.
“Enam hari selesai. Karena saya lihat yang lain juga sudah selesai, makanya saya gak mau kalah,” kata dia.
Dalam sehari, dirinya bisa men-coklit 60 sampai 70 data warga di Kampung Cibitung. Selama enam hari bertugas, Diana mengaku kelelahan.
Dirinya bahkan ingin menggunakan gajinya untuk dipijat kretek atau chiropractic.
“Gaji sebagai Pantarlih mau dipake pijet kretek sih. Capek badan saya, sepertinya enak kalau dipijet kretek,” ungkapnya.