Cerita Unik Petugas Pantarlih Cantik Sukanagara, Dikejar Anjing Pemburu sampai Diajak Nikah

Pantarlih Cantik
Diana Rahmawati (20) petugas pemutakhiran data pemilih (Pantarlih) cantik yang bertugas TPS 5 di Kampung Cibitung, Desa Sukalaksana, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur.(istimewa)
0 Komentar

Setelah selesai coklit di permukiman yang dia sebut, Diana pun berencana pulang melawati jalan yang sama. Tak disangka-sangka, tiga anjing yang mengejarnya masih ada. Diana dicegat anjing.

“Di situ saya nangis, karena bapak yang ngarit sudah tidak ada, mana mendung dan sudah sore. Saya sendirian bingung. Untungnya masih ada jalan lain, walau pun harus melewati area hutan yang masih rimbun, banyak kuburan, dan tak ada rumah warga,” tutur Diana.

“Saya tidak mau dikejar anjing part dua,” imbuh Diana.

Coklit di Kuburan

Suatu hari, dirinya mendatangi rumah warga yang akan dilakukan ciloklit, masih di Kampung Cibitung.

Baca Juga:Bey Machmudin: Sekolah Vokasi Variabel Penting Tingkatkan Kemampuan SDM Sekda Herman Suryatman Ajak Majelis Musyawarah Sunda Kolaborasi untuk Kemajuan Jawa Barat

Kebetulan, orangtua warga yang akan didata sudah wafat dan tak mengingat tanggal kematiannya. Warga itu pun menyuruhnya untuk melihat batu nisan orangtuanya untuk memastikan.

“Nya mangga wae ka makom na langsung (silakan langsung cek ke makamnya) kata warga. Jadi mau tak mau saya harus cek batu nisannya,” ungkap Diana.

Diana pun harus memeriksa nama-nama di batu nisan di area pemakaman yang tak jauh dari Kampung Cibitung. Untuk mencatat tanggal kematian warga.

“Itu terjadi di RT 03, lokasinya tak jauh dari rumah,” jelasnya.

Dikira Pendata Bansos

Meskipun tinggal di Kampung Cibitung, dirinya yang masih berumur 20 tahun itu tak mengenal semua orang yang ada di sana. Sampai-sampai dikira sebagai petugas pendataan untuk bantuan sosial (bansos).

“Karena saya masih muda, saya belum terlalu mengenal warga-warga di sini, apalagi yang sepuh. Saat saya datang untuk coklit, warga mengira saya petugas bansos dan malah curhat tentang bantuan pemerintah,” ungkapnya.

Kata dia, warga tak begitu bisa membedakan mana petugas bansos dan petugas Pantarlih.

“Neng, kunaon abdi teu acan kengeng bantosan (Neng, kenapa saya belum menerima bansos),” kata Diana menirukan curhatan warga.

Baca Juga:Manipulasi Domisili, 200 Lebih Calon Peserta Didik DianulirBey Machmudin Saksikan Penyampaian LHP LKPP 2023 dari BPK ke Presiden RI

Hal itu kerap terjadi, bahkan hampir di setiap rumah yang dia datangi, selalu menanyakan bansos.

“Padahal itu bukan ranah saya,” ungkap mahasiswi cantik itu.

Bahkan beberapa warga sempat meminta upah untuk tiap tandatangan formulir coklit yang dia bawa. Ada tiga lembar formulir, sehingga dia dimintai tiga amplop.

0 Komentar