Aksi nyata yang dilakukan PLN ini dilakukan untuk mengurangi timbunan sampah yang dapat menurunkan kualitas kehidupan masyarakat, dan tentunya selaras dengan capaian Tujuan Pembanguan Berkelanjutan (TPB) 12, yakni konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Kepala UPTD Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda Dinas Kehutanan Jawa Barat yang diwakili Kepala Bagian Tata Usaha, Diantoro mengatakan bahwa saat ini pihaknya juga tengah mengembangkan program-program untuk menanggulangi sampah dan kotoran yang telah mencemari Sungai Cikapundung.
“Isu strategis di Tahura itu yaitu masalah sampah dan mohon maaf saya sampaikan yaitu tercemarnya Sungai Cikapundung akibat kohe (kotoran hewan) sapi dari atas. Itu adalah program yang sedang kami kembangkan dan maksimalkan untuk penyelesaian masalah tersebut,” jelas Diantoro.
Baca Juga:Presiden Jokowi Tandai Pembangunan PLN Hub, Pusat Ekosistem Transisi Energi dan Layanan Digital di Jantung IKNPengembalian Dana Pembatalan Tiket KA Antar Kota Menjadi Maksimal 7 Hari
Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan Kementerian PUPR BBWS Citarum, Jaya Sampurna yang turut hadir, juga menyampaikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan aksi peduli lingkungan tersebut.
“Terima kasih kami ucapkan kepada PLN yang telah turut menjaga kebersihan sungai Cikapundung. Kegiatan ini merupakan contoh nyata bahwa dengan kolaborasi, kita dapat menjaga lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk generasi mendatang,” kata Jaya.
Pada sesi River Talks, Manager Perizinan dan Komunikasi PLN UIP JBT, Heryana Rinaldi Hidayat menjelaskan Green Employee Involvement merupakan bagian dari Employee Volunteering Program yang mana merupakan wadah yang diinisiasi untuk meningkatkan jiwa kepedulian pegawai PLN agar terlibat secara aktif sebagai relawan dalam program peduli lingkungan. Dengan kepedulian ini diharapkan juga pegawai dapat menjadi influencer bagi stakeholders dan masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan.
“Kegiatan seperti ini setiap tahun biasanya (dilaksanakan), tapi kegiatan yang melibatkan seluruh pegawai kami usahakan minimal setahun sekali. Tahun lalu kita di Kendal, di pantai, bersih-bersih pantai,” ungkap Heryana.
Heryana juga mengatakan bahwa sering kali penumpukan sampah terjadi dikarenakan tidak adanya pengkategorian jenis sampah saat dibuang. Menurutnya hal tersebut dapat menambah kesulitan dalam memproses sampah.
“Jadi mungkin yang sederhana, di Bandung sempat terjadi kesulitan untuk penyaluran sampah. Itu menjadi trigger di kecamatan-kecamatan jadi disediakan tempat penampungan sampah dapur. Jadi kuncinya memang pemilahan dahulu. Karena yang bikin jadi berat (sampah) itu karena tidak dipisah dari rumah. Setelah dipisah (sampah plastik dan sampah lainnya), Insya Allah langkah berikutnya akan lebih mudah,” tutur Heryana.