CIANJUR.JABAREKSPRES.COM – Indukan Bunga Bangkai Raksasa (Amorphopallus titanum Becc) koleksi Kebun Raya Cibodas (KRC) mekar sempurna pada Sabtu, 25 Mei 2024.
Tinggi tongkol bunga (spadix) pun mencapai 3,4 meter dengan diameter kelopak bunga (spata) hingga 159 sentimeter.
Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Destri, sejak dipindahkan dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ke KRC pada 2000 lalu, induk bunga tersebut sudah tujuh kali berbunga.
Baca Juga:Gelaran Internasional KTT WWF Ke-10 di Bali Selesai, PLN Sukses Kawal Kelistrikan Tanpa KedipPetugas Samsat Cianjur Tempel Stiker di Kendaraan yang Menunggak Pajak
“Pertama kali berbunga itu pada 2003 dengan tinggi 2,7 meter, lalu 2007 setinggi 3,1 meter, 2011 setinggi 3,2 meter, 2016 mencapai 3,7 meter, 2017 turun ke 3,4 meter, di 2020 setinggi 3,5 meter, dan terakhir saat ini kembali ke 3,4 meter,” ujar Destri saat ditemui di kawasan Taman Bunga Bangkai KRC pada Minggu, 26 Mei 2024.
Menurutnya, penurunan ketinggian spandix yang dialami induk Bunga Bangkai Raksasa tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh kembangnya bunga secara berturut-turut pada 2016 dan 2017 tanpa adanya fase daun (vegetatif), sehingga cadangan makanan yang disimpan diumbi yang tertanam di bawah tanah terkuras.
“Karena untuk fase mekar dan fase daun, tumbuhan ini sangat membutuhkan energi yang besar. Hal itu yang kemungkinan menjadi penyebab mekarnya bunga induk ini kurang tinggi. Mungkin untuk fase berikutnya isa berangsur-angsur naik,” kata dia.
Destri memperkirakan jika umur dari induk bunga endemik Sumatera itu sekitar 32 hingga 35 tahun. Dengan perkiraan perhitungan 24 tahun di KRC ditambah sekitar delapan atau 11 tahun di alam liar.
“Melihat anakannya yang lain yang baru mekar pada umur 11 tahun ditambah umbi bunga baru dipindahkan ke KRC pada tahun 2000, maka kita perkirakan umurnya sudah 35 tahun. Tapi kalau kita lihat ukuran umbinya, bisa jadi lebih karena saat dipindahkan berat umbinya sudah lebih dari 50 kilogram,” jelasnya.
Meskipun menjadi spesies tumbuhan yang dilindungi dan terancam punah, lanjut Destri, namun Bunga Bangkai Raksasa masih terlihat dijual bebas di berbagai marketplace.
“Kita sebagai peneliti, untuk mendapatkan bijinya itu sangat sulit. Harus melewati berbagai kualifikasi. Tapi saya ketahui biji bunga langka ini di luar negeri justru ditanam oleh perseorangan, ya kita tidak tahu dari mana mereka dapat bijinya,” ungkapnya.