“Kalau sudah melihat wanita dan oke, si Arab dan sopir akan melanjutkan tawar menawar soal mahar. Jumlahnya tergantung seberapa lama tamu berlibur di Indonesia. Kalau sebentar Rp15 juta, Rp30 juta bahkan lebih tinggi kalau lama,” ujarnya.
Setelah ada persetujuan soal mahar, sopir akan mencari penghulu, wali, sampai saksi nikah yang tak lain adalah tukang ojek atau sesama sopir yang bersandiwara, namun semuanya sudah ahli dan bersiap-siap.
Para aktor yang sudah ahli itu akan berpura-pura tak paham bahasa Arab, meskipun semua sudah bisa. Wanita akan berdandan mengenakan baju muslim. Bukan bercadar, tapi layaknya wanita muslim lugu dari perkampungan.
Baca Juga:Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak Tinggi, Januari – Maret 2024 Sudah 34 Kasus Terjadi di CianjurMahasiswa Internasional UI Senang Merayakan Idul Fitri di Indonesia
“Tidak perlu belikan baju muslim lagi karena mereka sudah sedia. Sedangkan aktor lain mengenakan setelah baju koko, termasuk penghulu yang mengenakan sorban di leher dan kopiah. Mereka pemain khusus kawin kontrak,” kata dia.
Uang mahar puluhan juta pun dibagi setelah ‘kawin-kawinan’ rampung. Si istri akan dapat jatah 50 persen dari mahar, sopir sebagai dalang akan mendapatkan 25 persen, dan sisanya akan dibagikan pada aktor lain seperti wali dan saksi palsu.
“25 persen itu sudah pasti jatah si sopir. Misalnya mahar Rp15 juta, si perempuan harusnya dapat Rp7,5 juta, tapi uangnya ditahan dulu oleh sopirnya, untuk menghindari kalau-kalau perempuannya kabur setelah menerima utuh, jadi biasanya dikasih Rp2,5 juta dulu. Mereka sudah belajar dari pengalaman,” kata Imbot.
Kata Imbot, banyak dari sopir-sopir hidup berkecukupan dari penghasilannya sebagai otak praktik kawin kontrak. Karena dalam waktu yang relatif singkat, oknum itu bisa mengatur ratusan kawin kontrak,
“Bayangkan saja, dari sekali kawin kontrak dia mendapatkan 25 persen dari mahar yang jumlahnya capai puluhan juta. Sedangkan dalam kurun waktu beberapa bulan saja, dia bisa mengatur ratusan kawin kontrak,” kata dia.
Dalam proses kawin kontrak tak jarang perempuan kabur. Alasannya beragam, jika penyiksaan sudah sering terdengar, maka hal uniknya adalah karena fantasi seks kaum Arab yang nyeleneh.
“Mereka punya fantasi yang tak umum. Selain ukurannya besar, banyak juga yang membuat perempuan kabur karena minta ‘lewat belakang’. Kita juga sering temui mereka yang malah mencari waria untuk memenuhi hasratnya,” kata Imbot.