CIANJUR.JABAREKSPRES.COM, CIANJUR – Kasus kawin kontrak yang terjadi di wilayah Puncak – Cianjur bukan hal baru. Praktik ilegal itu sudah menjadi sumber pencaharian bagi oknum-oknum yang berpengalaman. Bahkan, tak sedikit dari mereka, pengatur kawin kontrak, bergelimang harta.
Sebut saja Imbot, mantan supir sewaan yang jasanya biasa digunakan tamu-tamu asal Timur Tengah untuk urusan transportasi hingga menjadi saksi mata transaksi jual beli perempuan lokal berkedok kawin kontrak yang belakangan ramai diperbincangkan pascapenangkapan dua orang muncikari oleh Polres Cianjur beberapa waktu lalu.
Berpengalaman sejak 2013, Imbot yang tak pernah menginjakan kaki ke tanah Arab pun lancar bahkan fasih berbahasa Arab. Selama itu pula akhirnya dia paham bagaimana praktik kawin kontrak dilakukan sejak awal tawar menawar hingga akhirnya si tamu pulang ke negara asal dan meninggalkan istri kontraknya.
Baca Juga:Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak Tinggi, Januari – Maret 2024 Sudah 34 Kasus Terjadi di CianjurMahasiswa Internasional UI Senang Merayakan Idul Fitri di Indonesia
Dari pengalamannya, biasanya warga negara asing (WNA) khususnya dari Timur Tengah yang berlibur ke daerah Puncak baik itu Cisarua, Bogor maupun kawasan Taman Bunga, Cianjur akan bertanya soal perempuan yang bisa dikawin kontrak pada oknum sopir. Daerah tersebut diberi istilah jabal atau gunung dalam bahasa Arab.
“Biasanya, mereka akan minta dibawa ke tempat minum (bar), kita bawanya ke suatu jalan di Jakarta. Lalu mereka akan mencari wanita yang bisa menemani selama berlibur di Indonesia. Dari situ baru dibawa ke kawasan villa di Cisarua atau Taman Bunga atau mereka sebut jabal (gunung),” ujar Imbot pada Cianjur Ekspres, kemarin (17/4).
Dari situ, sopir-sopir nakal langsung menghubungi jaringannya. Semuanya palsu, wanita yang ditawarkan bukan wanita baik-baik melainkan kenalan wanita tuna susila (WTS) yang sudah berpengalaman.
“Pengatur skenarionya adalah para sopir atau pemandu (guide). Tamunya tidak salah karena ingin ditemani pasangan yang halal. Tapi kesempatan itu dimanfaatkan oleh mereka untuk meraup keuntungan yang besar dari kawin kontrak,” beber Imbot.
Jarang tamu yang mendapatkan perempuan yang masih gadis. Kalau pun ada, lanjut Imbot, adalah perempuan desa yang dibujuk oleh sopir. Kata dia, pernah ada kasus anak gadis dari salah satu ajengan Cianjur yang menjadi korban kawin kontrak tahun lalu dengan iming-iming mahar yang besar.