CIANJUREKSPRES – Selama periode 2023, terjadi 167 bencana di Kabupaten Cianjur. Hal tersebut tercatat dalam data rekap bencana di Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur.
167 bencana tersebut terbagi menjadi beberapa kategori bencana diantaranya 55 kasus angin puting beliung, 50 kasus tanah longsor, 22 kasus banjir, 16 kasus gempa bumi, delapan kasus banjir bandang, tujuh kasus banjir disertai longsor, empat kasus pergerakan tanah, tiga kasus kebakaran hutan karena faktor alam, dua kasus kebakaran hutan karena faktor manusia, satu kasus pohon tumbang karena lapuk, dan satu kasus kebakaran rumah.
Kepala pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Cianjur Asep Kusmana Wijaya mengungkapkan, dari 167 kasus tersebut menimbulkan korban luka karena gempa bumi sebanyak 20 orang, dan satu orang meninggal dunia karena tanah longsor di Kecamatan Pasirkuda.
Baca Juga:Sedikitnya 224 Orang Tewas Akibat Kecelakaan Sepanjang Tahun 2023Seorang Warga Cianjur Positif Covid-19
“Satu orang yang meninggal itu karena tanah longsor di Kampung Bojongsirna, Desa Simpang, Kecamatan Pasirkuda pada 29 Juli 2023 lalu,” jelas Asep saat ditemui Cianjur Ekspres pada Selasa (19/12).
Kata Asep, meskipun kondisi cuaca saat ini tengah panas, namun dia mengimbau warga Cianjur untuk tetap waspada dan siaga bencana. “Sekarang ini sudah masuk musim hujan, tapi kondisi cuaca panas. Ini yang berbahaya. Bisa saja tiba-tiba hujan besar dan mengakibatkan tanah yang kering menjadi gembur dan akhirnya longsor,” kata Asep.
Dia pun mengimbau pada warga yang bermukim disekitar lereng-lereng tebing dan bantaran sungai, untuk bersiaga dan mempelajari jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana seperti longsor dan banjir akibat aliran sungai yang meluap.
“Karena cuaca bisa tiba-tiba berubah dan berpotensi sebabkan bencana longsor dan banjir bandang,” kata dia.
Tak hanya itu, Asep juga mengintruksikan pada kurang lebih 1.800 orang relawan tanggap bencana (Retana) yang ada di tiap desa di Kabupaten Cianjur untuk terus melaporkan kondisi lingkungannya.
“Di tiap kampung dan desa itu ada lima orang Retana. Mereka harus terus melaporkan kondisi lingkungan tempat tinggalnya, juga memetakan lokasi-lokasi untuk evakuasi warga jika terjadi bencana,” jelasnya.
Diketahui, Pemerintah Kabupaten Cianjur menetapkan status siaga bencana sejak November 2023 dan akan berakhir pada April 2024 mendatang. “Status siaga ini sampai April 2024 mendatang sesuai dengan arahan Pemprov Jawa Barat,” kata dia.