Kampung Kristen di Tengah Kota Santri Cianjur yang Berdiri Sejak Bupati Prawiradiredja II

Kampung Kristen di Tengah Kota Santri Cianjur yang Berdiri Sejak Bupati Prawiradiredja II
0 Komentar

Dalam pencarian tersebut, rombongan sempat terperosok ke sebuah tebing di pinggir aliran sungai Citarum (tepatnya di daerah Leuwi Kuya).

Mereka kemudian menaiki tebing tersebut dan menemukan sebuah hutan belantara yang tanahnya agak datar.

Setelah B.M. Alkena melihat tempat tersebut cocok untuk lahan pemukiman dan pertanian, maka B.M Alkena menancapkan tongkatnya di tanah dan berikrar: ‘di tempat inilah saya tetapkan sebagai tempat pemukiman bagi orang-orang Kristen (Sunda)’.

Baca Juga:Delapan Kabupaten Kota di Jawa Barat Sepakat Terapkan Platform Digital Service Living LabRidwan Kamil Dampingi Presiden Tinjau Renovasi Stadion Si Jalak Harupat

Sejak itulah dimulai pembukaan dan pembabatan hutan untuk keperluan pemukiman dan pertanian.

2. Penamaan Marga

warga Kristiani pribumi masih menggunakan sistem penamaan marga. Markhasan, Dantji, dan Masad. Ketiga nama tersebut menjadi ciri seorang Kristiani pribumi yang tinggal di Kampung Palalangon.

3. Toleransi

Saat ini, kawasan tersebut juga telah banyak dihuni oleh masyarakat yang beragama Islam. Meski berbeda keyakinan, mereka hidup berdampingan secara damai dan terus menjalankan prinsip saling oleransi dan tetap mengasihi.

Bahkan saat ada salah satu warga yang jatuh sakit atau meninggal, mereka akan saling menolong dengan memberikan bantuan untuk meringankan beban.

Itulah fakta menarik Kampung Kristen tertua di tengah Kota Santri Cianjur. Ada toleransi cukup tinggi di antara warga, meski berbeda agama.

0 Komentar