Di MAN Darussalam, Edwin semakin mengembangkan bakatnya dan mendapat project membangun komunitas robotika pertama di Ciamis. Ia juga mulai belajar investasi saham melalui program BNI Broker pada usia 17 tahun, kemudian berkoordinasi bersama seorang pengusaha (teman dari ayah tirinya sendiri) yang kemudian membantunya meminjamkan modal.
Seiring berjalannya waktu, ia dapat mengembalikan modal tersebut dan membeli rumah serta mempersiapkan dana untuk kuliah. Meski pemilihan jurusan sempat bertentangan dengan ibunya.
Ibunya menginginkan Edwin masuk ke Kedokteran, sedangkan dirinya sendiri ingin menjadi pilot, akhirnya ia memutuskan mendaftar ke berbagai universitas luar negeri yaitu Ca Foscari University di Itally melalui program Beasiswa Waiver dan berhasil diterima.
Baca Juga:Jelang Idul Adha, Ribuan Ekor Hewan di Cianjur Diperiksa KesehatannyaBupati Cianjur Klaim Program 1.000 Km Jalan Beton Sudah Tercapai 50,2 Persen
Selain itu ia juga mendaftar di Breeman University, Chicago University, dan Washington University. Disini terjadi pergelutan batin antara Edwin dan ibunya. Pada akhirnya ia memutuskan untuk kuliah di Turki hingga masuk ke Nigde Omer Halisdemir Üniversitesi jurusan Hubungan Internasional Bidang Ekonomi (IBMI) melaui Beasiswa Partial.
Terjebak Dalam Pedagangan Barang Gelap
Pada Januari tahun 2019, Edwin menjadi perwakilan Best Positioning Paper sebuah program pemerintah Zimbabwe yang membantu menangani krisis di Zimbabwe. Pada tahun yang sama ia bertemu dan bekerja sama dengan Alaatin Mehmed seorang CEO sukses dari perusahaan Alaatin. CEO ini lalu mengenalkan Edwin pada Amiir, Direktur Alaatin berkebangsaan Pakishtan, yang kemudian memberikan kepercayaan pada Edwin untuk menjadi CEO wilayah Asia. Dan sejak saat itu Edwin bergabung dalam komoditas INDO – TURKI.
Ada cerita kurang menyenangkan saat Edwin menjalankan bisnis ini. Suatu hari dalam perjalanan export-nya Edwin diharuskan berurusan dengan orang-orang Irak yang dikenal kurang ramah. Saat itu ia ditugaskan mengirimkan barang ke Rusia, yang tanpa sepengetahuannya ternyata barang tersebut menuju black market. Baginya itu adalah perjalanan paling dramatis semasa hidupnya.
“Itu ketika mengirim barang-barang branded, di pertengahan jalan menuju Iran ada Port perpindahan barang, turun dari mobil seperti dalam di film action. Setelah selesai transaksi, gak lama kemudian terlihat kobaran api yang besar, itu kemungkinan barangnya di bakar karena ketahuan oleh petugas resmi”, kenang pemuda 22 tahun ini.