Program ini bertujuan menciptakan sistem pertanian yang mandiri, maju, dan berkelanjutan dengan tagline tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia.
Bukan karpet merah
Kang Emil mengingatkan, petani milenial bukanlah program memberi honor atau menggaji peserta, juga bukan pula program karpet merah yang dijamin sukses.
Tugas dari pemerintah hanya membersamai. Berhasil dan tidaknya tergantung dari kerja keras, konsistensi, keberuntungan dari peserta.
Baca Juga:JSH Latih Santri Cek Mandiri agar Tak Termakan HoaksSerahkan Penghargaan Paritrana Award Tingkat Jabar, Uu Ruzhanul: Perhatikan dan Lindungi Tenaga Kerja
“Tadi yang diwisuda terbukti sebagian pernah mengalami kegagalan, tapi tidak menyerah karena kegagalan bagian dari proses yang harus dilalui untuk bangkit lagi dan akhirnya sukses,” ujar Kang Emil.
Sebagai contoh, ada petani milenial angkatan tahun 2022 asal Ciamis penghasilan awalnya hanya berkisar Rp1 juta. Namun omsetnya kini telah mencapai Rp40 juta.
“Contoh petani salah satu komoditas di Ciamis dari penghasilannya hanya sekitar Rp1 juta bisa dapat penghasilan kurang lebih omsetnya sampai Rp40 juta,” kata Kang Emil.
Ia berharap keberhasilan tersebut terus dipublikasikan oleh media massa tak hanya memberitakan satu kegagalan yang seolah-olah digeneralisasi programnya tidak berhasil.
“Keberhasilan ini harus dimotivasi oleh media, jangan sampai pada saat ada satu kegagalan menjadi viral seolah-olah digeneralisasi progamnya tidak berhasil,” ujarnya.
Dalam wisuda tersebut turut diserahkan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan program Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dari Bank Bjb kepada petani milenial. Sejumlah produk juga mejeng pada pameran produk di area kampus Unpad.
“Jadi ini adalah tawaran dari Jabar untuk generasi muda bahwa di masa depan tinggal di desa saja asal kuasai ilmu bisnis dan digitalnya, maka akan mendapatkan rezeki kota dan bisnisnya mendunia,” pungkas Kang Emil.