“Sekarang saja ada 9 ruas jalan tol di Jabar yang sedang dibangun,” ucap Kang Emil.
Keunggulan inipun menjadikan realisasi investasi di Jabar selalu tertinggi di Indonesia dan meningkat setiap tahunnya. Tahun 2018 tercatat investasi ke Jabar mencapai Rp116,96 triliun, tahun 2019 Rp137,49 triliun, tahun 2020 Rp120,43 triliun, tahun 2021 Rp136,13 triliun, dan tahun 2022 Rp174,6 triliun.
Capaian investasi inipun selalu melebihi target renstra dan target dari Badan Koordinasi Penanaman Modal. Kang Emil mengatakan, persentase antara Penanaman Modal Asing
(PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ke Jabar kini sudah hampir seimbang walaupun masih didominasi oleh investor asing.
Baca Juga:Dinas Kesehatan Jabar Lakukan Imunisasi Tanggulangi Wabah DifteriSekda Jabar Raih Penghargaan Kepemimpinan Digital
“Investasi asing dan dalam negeri sudah hampir sama, yaitu 54 persen dan 46 persen, jadi sudah seimbang. Kalau dulu investor dalam negeri hanya 20 persen,” ujarnya.
Lima negara investor terbesar ke Jabar pada tahun 2022, yaitu Tiongkok Rp26,44 triliun, Jepang Rp21,60 triliun, Singapura Rp13,29 triliun, Korea Selatan Rp9,80 triliun, dan Belanda Rp7,02 triliun.
Kang Emil menuturkan pula, saat ini kondisi ekonomi Jabar sedang dalam keadaan baik, di antaranya terlihat dari peningkatan pada sektor UMKM dan persiapan pembangunan infrastruktur di kawasan utara dan selatan Jabar dengan nilai proyek lebih dari Rp300 triliun.
“Performa ekonomi Jabar sedang baik. Selain UMKM yang terus meningkat, ada 196 proyek sedang dikerjakan dengan nilai lebih dari Rp300 triliun dari pemerintah pusat untuk menguatkan Rebana dan penyetaraan Jabar selatan,” tuturnya.
Kang Emil tak memungkiri kondisi ekonomi global yang saat ini dilanda resesi berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat turunnya pesanan barang.
Ia pun meminta kepada para pencari kerja yang terkena PHK untuk tidak khawatir sebab tingginya investasi ke Jabar akan memudahkan masyarakat untuk kembali melamar pekerjaan khususnya di sektor manufaktur dan tekstil.
“Memang ada PHK karena turunnya pesanan barang ke pabrik, tapi kan dikompensasi oleh tingginya investasi. Jadi saya imbau yang kena PHK bisa melamar lagi ke industri baru,” kata Kang Emil.