CIANJUR, CIANJUREKSPRES – Angka prevalensi stunting Kabupaten Cianjur berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 turun drastis dari 33,7 persen di tahun 2021 menjadi 13,6 persen di tahun 2022.
Pencapaian terbaik ini membuat Kabupaten Cianjur pun berada di peringkat ketiga dalam penurunan angka stunting dari 27 kabupaten dan kota di di Jawa Barat tahun 2022 dari asalnya berada di peringkat 26 tahun 2021.
Bupati Cianjur Herman Suherman, mengatakan, penurunan angka stunting ini menjadi prestasi bagi jajaran pemerintah daerah dan masyarakat yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2020 lalu.
Baca Juga:Empat Orang Luka-luka Akibat Gempa Susulan 4,4 Magnitudo di CianjurGerindra Cianjur Lantik 32 PAC, Ganjar Ramadhan Instruksikan Segera Pembentukan Pengurus Ranting
“Ini bukan kerja pemerintah kabupaten saja, termasuk eksekutif, legislatif, masyarakat dan terutama bidan desa, puskesmas serta posyandu yang banyak berjuang di lapangan,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (26/1/2023).
Herman mengungkapkan, strategi Pemerintah Kabupaten Cianjur dalam menurunkan angka stunting tidak bertumpu kepada beberapa dinas saja, namun melibatkan seluruh dinas untuk berkontribusi termasuk dari segi anggaran juga harus linier berbasis stunting.
“Intinya semua OPD harus linier bisa membantu menyelesaikan permasalahan stunting. Ini yang paling hebat Cianjur itu, sehingga stunting bisa cepat, kemudian kita kerjakan dari hulu sampai hilir,” ucapnya.
Strategi lainnya, jelas Herman, seluruh kader Posyandu harus turun langsung datang ke rumah-rumah dalam penanganan stunting, sehingga tidak ada lagi yang jaga warung.
“Karena kalau ada posyandu jaga warung, banyak warga yang sakit gak mau datang ke Posyandu. Sehingga sekarang itu di sisir semuanya dan tidak ada yang tidak tertangani oleh pemerintah,” katanya.
Guna mempertahankan agar angka stunting di Cianjur tidak bertambah lagi, Herman menegaskan, bahwa kuncinya ada di ibu-ibu hamil. Dirinya pun menginstruksikan Dinas Kesehatan agar seluruh bidan desa harus mendata berapa jumlah ibu hamil di di daerahnya dari usia kehamilan 1 sampai 9 bulan.
“Termasuk status keluarga, gizi, penyakit yang diderita bagaimana. Nanti di seleksi, kalau misalkan ada yang punya penyakit anemia (kekurangan darah, red) di obati, kuncinya itu. Jangan sampai ibu-ibu hamil itu melahirkan anak yang stunting. Ibu hamil harus sehat, bebas dari anemia,” tuturnya seraya mengatakan jika hal tersebut dilaksanakan, Cianjur kedepannya bisa zero stunting.