Cianjurekspres.net – Ketua Fraksi NasDem DPRD Cianjur, Asni Aprianti, mengaku miris dengan keadaan stunting yang sangat luar biasa di Cianjur karena berada di peringkat dua terakhir setelah Garut.
“Kalau ditanya penanganannya seperti apa, penanganan stunting ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Tetap semua sektor harus bisa membantu,” katanya kepada Cianjur Ekspres di Gedung DPRD Cianjur, Kamis (30/6).
Asni mengatakan, biasanya orang berfikir stunting terdeteksi setelah dilahirkan. Padahal, jelasnya, stunting bisa terdeteksi atau dilakukan pencegahannya dari mulai pra nikah dan melahirkan.
Baca Juga:Soal Stunting di Cianjur, Wakil Ketua DPRD Minta Pemkab Lakukan Evaluasi Secara UtuhSoal Stunting, Sekda Cianjur: Dari Kabupaten Kota di Jawa Barat Kita Kedua Terbawah
“Nah, disana perlu kita dari sektor pemerintahan memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat bagaimana cara untuk mencegah stunting ini,” katanya.
Terkait dengan target minimal 10 persen penurunan angka stunting di Cianjur hingga akhir tahun 2022, Asni menegaskan, bisa saja terjadi asalkan program yang dibikin pemerintah benar-benar tepat sasaran.
“Jangan sampai program yang sudah disusun sedemikian rupa baiknya tapi tidak tepat sasaran. Tepat sasaran itu, tepat kepada orang-orang yang memang minimal sudah terdeteksi bahwa itu stunting, di lokus-lokus tertentu saja sekarang kita fokus. Sambil itu berjalan, kita juga sambil pengarahan (sosialisasi, red) kepada masyarakat lainnya,” ujarnya.
Meski demikian, Asni mengaku sudah mendengar di lapangan bahwa program penanganan atau pencegahan stunting berjalan.
“Ada beberapa, pemberian makanan tambahan atau PMT, terus pengarahan sosialisasi dari para kader-kader posyandu sudah mulai terlihat aktif,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, Sekretaris Daerah Kabupaten Cianjur, Cecep S Alamsyah, mengakui jika angka stunting di Kabupaten Cianjur masih lumayan tinggi. Bahkan berada di posisi kedua terbawah dari 27 kota dan kabupaten di Jawa Barat.(hyt)