Cianjurekspres.net – Ratusan kejadian bencana menerjang Kabupaten Cianjur dari awal hingga pertengahan tahun 2022. Mayoritas merupakan longsor atau pergerakan tanah yang disebabkan bencana hidrometeorologi.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, mencatat sebanyak 132 kejadian bencana dari awal tahun hingga 20 Juni 2022.
Diantaranya, Banjir/Banjir Bandang 30 kejadian, Tanah Longsor/Pergerakan Tanah 90 kejadian, Angin Kencang (Puting Beliung) 8 kejadian serta Gempa Bumi 4 kejadian.
Baca Juga:Soal Raperda Dana Cadangan Pilkada, Bapemperda DPRD Cianjur Sebut Eksekutif Seperti ‘Belum Siap’Deteksi Bahaya Pengancam Kondusivitas dengan Memanfaatkan Teknologi
Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur, Rudi Wibowo, mengatakan, jika mayoritas kejadian bencana berdasarkan data yang ada merupakan tanah longsor atau pergerakan tanah.
“Namanya fenomena alam tidak bisa kita prediksi secara akurat, walaupun kita tetap mengacu dari prakiraan BMKG. Kita hanya bisa mengimbau dan mengingatkan secara luas bagi masyarakat yang rumahnya di lereng bukit, apalagi daerah-daerah sifat tanahnya gembur biasanya gampang sekali terkena gerusan pergerakan tanah,” katanya kepada Cianjur Ekspres di ruang kerjanya, Rabu (22/6).
Menurut Rudi, longsor atau pergerakan tanah banyak terjadi di lereng dan bukan permukiman masyarakat. Sehingga kerusakan bangunan tidak ada yang fatal dan hanya satu dua rumah yang terdampak.
Rudi pun mengatakan, pihaknya terus menyiagakan personel piket di Kantor BPBD Kabupaten Cianjur selama 24 jam untuk membuat laporan dan memantau seluruh wilayah di Kabupaten Cianjur sebagai langkah antisipasi bencana.
“(termasuk, red) laporan dari Retana. Kalaupun ada terjadi (bencana, red) laporan secara on call, kita klarifikasi ke teman-teman Retana di wilayah,” katanya.
Lebih lanjut Rudi mengatakan, fenomena yang terjadi sekarang ditengah musim pancaroba membuat perubahan dari hujan ke kemarau dengan intensitas tinggi. Pihaknya pun terus mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.
“Kita memang menerapkan sistem mitigasi ke depan dan sebetulnya kita sudahh melakukan pembentukan Destana (Desa Tangguh Bencana). Diharapkan nanti, daerah-daerah rawan (bencana, red) itu minimal tersosialisasikan bagaimana menghadapi bencana,” tandas Rudi.(hyt)