Hal ini sangatlah berdampak buruk bagi kader kader partai yang sudah mengikuti sebagaian mekanisme didalam partai agar bisa berjuang menjadi kepala daerah melalui partai, tetapi hal tersebut mereka akan tergusur oleh keluarga yang memiliki power didalam satu daerah tersebut dan juga Mengentalnya politik kekeluargaan dalam pilkada langsung akan membahayakan proses demokrasi yang sedang berlangsung.
Pilkada yang semestinya ajang demokrasi bagi seluruh masyarakat akhirnya terrenggut menjadi pesta bagi oligarki untuk mendapatkan kekuasaan. Masyarakat yang semestinya bisa bertarung secara sehat didalam pesta demokrasi.
Pada akhirnya benar apa yang dikatakan oleh Wasito Raharjo bahwa, “Pemilihan kepala daerah memiliki tren untuk mewariskan kekuasaannya kepada kerabat demi menjaga kekuasaan dan menutupi aib politik. Semua itu mengkondisikan terbentuknya dinasti politik di ranah lokal. Dinasti politik mengandalkan kekuatan personal, klientelisme, dan relasi patrimonial yang menempatkan elit di atas masyarakat” (Djati, 2013).