Cianjurekspres.net – Keputusan pemerintah memberlakukan PPKM Darurat dari 3-20 Juli 2021, dinilai berdampak langsung terhadap situasi ekonomi dan ketersediaan pangan di masyarakat. Hal ini terlontar dalam diskusi terbatas yang dilakukan oleh Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) STISIP Guna Nusantara Cianjur, Senin (12/7/2021).
Sekretaris Komisariat PMII STISIP Guna Nusantara, Akbar mengatakan, bagi masyarakat biasa terutama pelaku usaha yang berdagang kecil-kecilan sudah tidak bisa lagi berjualan. Terlebih dengan waktu berdagang yang di batasi.
“Para pedagang kecil mana bisa berjualan, mereka mencari sesuap nasi pun sekarang susah dengan PPKM ini,” ujar Akbar melalui rilis yang diterima redaksi, Senin (12/7/2021).
Baca Juga:Tujuh KK Korban Longsor Cibokor Cibeber Cianjur Kini Huni HuntaraDi Usia ke- 344, Cianjur Masih Termiskin
Menurutnya, di tengah situasi saat ini peran eksekutif dan legislatif harus lebih ekstra dan bisa melakukan program strategis yang tidak hanya mengandalkan bantuan pemerintah pusat.
“Fungsi legislasi juga harus jalan, bagaimana mereka bisa menyampaikan apa yang hari ini dirasakan masyarakat dan melakukan control program langsung ke bawah,” tegas Akbar.
Sementara itu, Mahasiswa STISIP Guna Nusantara, Wahyudi menegaskan, penyaluran bantuan pemerintah yang hari ini ada harus sampai kepada masyarakat penerima secara merata. Sebab disinyalir bantuan yang ada juga banyak yang belum tersalurkan secara maksimal.
“Jika fungsi control dari pemerintah sudah tidak jalan lagi, dengan kata lain kita selaku mahasiswa juga harus mampu mengambil peran strategis, agar masyarakat juga bisa merasakan apa yang menjadi haknya. Hal ini tentu kita selaku agen of change juga harus betul-betul melakukan upaya pengisian kekosongan fungsi pemerintah di atas agar bisa berbuat lebih banyak bagi masyarakat,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan peserta diskusi, Acep yang mengatakan upaya yang harus dilakukan mahasiswa adalah dengan terjung langsung ke bawah mengawal masyarakat yang betul-betul mengalami kesulitan.
“Di mulai dari lingkungan tempat kita tinggal, mendata dari tingkat ke RT-an dan menyampaikannya kepada desa agar bias me-refocusing anggaran Dana Desa untuk dijadikan bantuan langsung tunai,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut juga didiskusikan berbagai upaya gerakan mahasiswa agar mampu menyerap aspirasi masyarakat, melalui media social dan media massa. Tujuannya agar mahasiswa mampu mengedepankan nilai-nilai solidaritas di tengah masyarakat, sehingga selaras dengan pencegahan penularan, disamping itu juga masyarakat bisa mendapatkan haknya.(rls/hyt)