Cengkok Oye!

1000 Tahun
ilustrasi disway.(net)
0 Komentar

Saking kuatnya karakter suara itu sampai ada mahasiswa yang ingin meniru suara Pak Manteb. “Saya sendiri, waktu masih mahasiswa, pernah punya keinginan meniru suara beliau,” ujar Ki Kuntadi. “Demikian juga beberapa mahasiswa pedalangan angkatan saya,” tambahnya.

Medhot punya rumusan yang baik untuk menggambarkan upaya Pak Manteb mengatasi kelemahannya itu. “Pintar-pintarlah mengolah cengkok,” ujar Medhot menirukan doktrin ayahnya. “Juga harus pinter memainkan nada,” tambahnya.

Medhot kini sudah jadi dalang terkenal. Ia seperti ayahnya: tanpa sekolah pedalangan. Otodidak. Belajar sendiri. “Ayah juga tidak pernah mengajar saya bagaimana mendalang yang baik,” ujar Medhot.

Baca Juga:PPKM Darurat, Bupati Terbitkan SE Penyesuaian Sistem Kerja di Lingkungan Pemkab CianjurMulai Besok, Cianjur Terapkan PPKM Darurat, Ini Penjelasan Bupati

Sang ayah, katanya, hanya menekankan satu hal: “Kalau mau hebat, seperti ayah, ya harus sering menonton ayah mendalang”. Soal kemampuan yang lain-lain tergantung cara dan kesungguhan mengasah diri.

Apakah Medhot juga mewarisi jenis suara sang ayah?

“Kami, semua anaknya, mewarisi suara bapak,” ujar Medhot. Melihat kenyataan itu Pak Manteb pernah mengatakan begini: sudah takdir keluarga kita punya suara seperti ini. Pinter-pinter kita mengolahnya.

Medhot (Me-nya dibaca seperti membaca Medan), adalah nama panggung. Nama aslinya Samyono Manteb Putro. Tapi karena sejak bayi dipanggil Medhot nama itulah yang dikesohorkan. “Kata ibu, ketika saya di kandungan suka medhot sana medhot sini,” ujar Medhot.

Pak Manteb juga punya putri yang tinggal di Surabaya. Ny. Sariono. Dari ibu yang kedua. Dia seorang penari. Demikian juga suaminyi. Dua anaknyi pun jadi penari. Lulusan S-1 ISI Solo.

“Saya tidak bisa ikut pemakaman di Karanganyar. Tidak keburu. Syarat bepergian di masa Covid ini banyak,” ujarnya.

Saya telepon dia. Juga bicara dengan suaminyi. Sang suami pernah menciptakan tari ngremo untuk acara saya.

Jumat pagi kemarin Ny. Sariono masih bicara dengan Pak Manteb, ayahnyi. Bu Manteb yang menelepon putri tirinyi itu. Pakai video call. Keadaan Pak Manteb kian berat sehingga Bu Manteb menghubungi putra putri yang jauh-jauh.

Baca Juga:Gandeng DPPKBP3A Cianjur, Satgas TMMD Gelar Penyuluhan Stunting di Ciandam MandeBerikan Layanan Prima, BRI Raih 4 Penghargaan Service Excellence

“Saya sesak napas,” ujar Pak Manteb di video call itu. Lalu menggerakkan tangan daa..daa.

0 Komentar