Cianjurekspres.net – Berita duka kembali menyelimuti dunia pernerbangan di Indonesia. Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Sabtu (9/1/2020) menjadi pukulan berat di awal tahun.
Senter terdengar bahwa pilot dan kopilot yang membawa Sriwija Air SJ 182 adalah sosok yang terkenal santun dan rajin dalam beribadah. Berikut berita yang dikutip dari Viva oleh Cianjur Ekspres Net.
Kapten Afwan
Seorang purnawirawan TNI Angkatan Udara (AU) yang jadi pilot pesawat komersil pascapurnawirawan.
Kadispenau, Marsma TNI Indan Gilang mengkonfirmasi bahwa Kapten Afwan purna tugas tahun 1998.
Selama ia bertugas Afwan dikenal memiliki kepribadian baik dan santun di lingkungan rumahnya, di kawasan Cibinong, Bogor. Hal ini dikonfirmasi secara langsung oleh ketua RT tempat tinggal Kapten Afwan.
Selain santun ia juga dikenal agamis dan kesehariannya sering mengisi tausyiah di masjid perumahan tersebut.
“Beliau sosok yang baik, baik sekali ya, terus santun orangnya. Saya terakhir ketemu kemarin Jumat. Kondisinya belum tahu. Sosok beliau itu santun baik kalau kadang ada arisan warga itu beliau mengisi tausyiah,” ujarnya.
Agus teringat, terakhir kali Afwan bertemu dengan warganya saat sedang membagikan makanan usai prosesi aqiqah salah satu warga.
Fadly Satrianto
Kopilot Nam Air, Fadly Satrianto turut menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak di Perairan Kepulauan Seribu.
Ia menumpang pesawat nahas itu untuk menjalankan tugas menerbangkan Nam Air, anak perusahaan Sriwijaya Air, dari Pontianak ke tujuan lain. Tapi ajal menemuinya sebelum sampai.
Fadly adalah anak ketiga dari Sumarzen Marzuki, warga Perak Utara, Kota Surabaya, Jawa Timur. Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Fadly kemudian mencari lowongan.
Ia lantas mencoba peruntungan di dunia penerbangan setelah berkomunikasi dengan temannya yang lebih dahulu menjadi pilot di sebuah maskapai penerbangan lain.
“Fadly ini anak saya yang ketiga yang paling kecil dan dia beroperasi menjadi kopilot sejak tiga tahun yang lalu. Sekolahnya juga di pendidikan Nam Air yang ada di Bangka Belitung,” kata Sumarzen kepada wartawan pada Minggu, 10 Januari 2021.