Clearing Vaksin

Pancasalah Laksamana
0 Komentar

Di Shanghai pernah sukses sekali. Untuk menjawab seluruh pertanyaan tentang Covid. Berhasil menjadi pedoman masyarakat. Agar tidak terombang-ambing oleh medsos.
Tim clearing house vaksinasi itu perlu mempunyai akun tersendiri. Siapa pun boleh bertanya. Termasuk menanyakan kebenaran isi sebuah medsos.
Rasanya clearing house itu bisa melengkapi penampilan baru kemenkes. Yang terlihat lebih terbuka, egaliter dan modern.
Itu akan seiring dengan gaya dan penampilan menkes yang baru: Budi Sadikin. Yang mendapat simpati sangat luas. Terutama mengenai caranya tampil di podium.
Saya pun jadi tertarik melihat videonya. Ingin tahu mengapa banyak orang bilang begitu. Benar. Gaya menkes tampil di podium adalah gaya seorang CEO perusahaan global. Bukan gaya seorang birokrat. Terlihat jujur. Seperti tidak ada yang disembunyikan. Seperti tidak ada agenda yang ditutup-tutupi.
Tapi luar biasa lalu-lintas medsos di sekitar vaksinasi ini. Terlihat semua yang posting di medsos yakin sekali dengan apa yang mereka posting. Padahal banyak yang isinya kacau balau.
Maka lembaga clearing house khusus untuk vaksinasi terasa lebih penting lagi sekarang ini.
Yang juga ramai adalah di Inggris. Otoritas kesehatan di sana tiba-tiba memutuskan agar suntikan kedua ditunda. Bukan setelah 21 hari dari suntikan pertama, tapi 3 bulan kemudian.
Alasannya: kasihan yang antre suntik pertama terlalu banyak. Tidak fair kalau vaksin yang ada diberikan untuk suntikan kedua. “Lebih baik untuk memperbanyak orang yang diberi suntikan pertama,” ujar otoritas di sana.
Pandemi Covid-19 di Inggris memang parah. Maka otoritas ambil langkah darurat: segera memutus pandemi itu. Toh, dengan suntikan pertama antibodi sudah muncul. Memang belum cukup banyak, tapi sudah bisa dipakai bertahan untuk tiga bulan.
Keputusan itu di tentang secara luas. Tapi menkes Inggris bertahan pada putusan ya itu.
Di mana-mana jadi menteri kesehatan di masa sekarang ini memang sangat pusing. (*)

0 Komentar