“Membuat SE kepada pasar-pasar modern atau ritail yang memiliki scurity, agar memeriksa setiap pengunjung yang masuk minimal dengan scanner panas tubuh dan selalu menganjurkan untuk pshycal distancing bagi para pengunjungnya,” katanya.
Sedangkan dari sisi penanganan, menurut Asto, penanganan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) harus dilakukan dengan maksimal baik yang menjalankan isolasi mandiri maupun di rumah sakit. Termasuk memaksimalkan rapid test massal dengan menyasar seluruh pemudik yang baru masuk terutama yang belum melewati masa inkubasi.
Bukan itu saja, perlunya meningkatkan responsibilitas penanganan PDP untuk sesegera mungkin mendapatkan hasil test swabnya agar dapat sesegera mungkin melakukan penanganan maupun tracking terhadap para kontak pasien.
Baca Juga:Gelar Salat Idul Fitri Berjamaah, MUI Cianjur: Kalau Bisa di Lapangan, Perhatikan Protokol KesehatanJabar Tekankan Pengendalian dan Penanganan Dampak Pandemi Selama PSBB Jabar
“Seluruh PDP dan ODP yang sudah meninggal tetapi belum mendapatkan hasil swab/PCRnya, agar sesegera mungkin mendapatkan hasil swab/PCRnya, sehingga dapat lebih cepat dalam penanganan dan tracking kontak sebelum mereka meninggal dunia,” tandas Asto.
Sementara itu hasil evaluasi publik pada PSBB Cianjur tahap pertama, ungkap Asto, yakni tidak dibuatnya Perbup termasuk tidak transparannya anggaran Covid-19.
Lalu, lambatnya pelaksanaan test masal terhadap ODP dan OTG. “Masih terlihat ceremonial, penanganan PDP kurang maksimal terutama dalam resposibilitas status pasien melalui Swab/PCR,” katanya.
Asto mengatakan, kurang tegasnya penanganan PSBB di industri dan imbauan pshyical distancing dan protokoler di tempat-tempat umum.(Herry Febriyanto)