Cianjurekspres.net – Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat (Jabar) sekaligus Ketua Umum Jabar Bergerak Atalia Ridwan Kamil mengapresiasi Gerakan Nasi Bungkus (Gasibu) di 14 kecamatan yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Garut.
“Dari data yang saya peroleh, ada 14 kecamatan yang sudah melaksanakan (Gasibu), ribuan nasi kotak juga sudah dipersiapkan dan sudah didistribusikan,” ucap Atalia saat meninjau dapur umum Gasibu di Desa Dunguswiru, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Rabu (13/5/20).
“Yang menyebarluaskannya berjejaring bersama, seperti Karang Taruna, Kader Penggerak Desa, dan lain sebagainya di kewilayahan, supaya betul-betul sampai kepada titik-titik yang membutuhkan,” tambahnya.
Atalia pun berharap, ada inovasi dan kreativitas dalam pendistribusian bantuan pangan kepada masyarakat terdampak di tengah pandemi COVID-19 ini, khususnya bagi warga yang tinggal di pelosok.
Pasalnya, Atalia menilai Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah di Jabar yang penduduknya tinggal berjauhan, termasuk adanya pemukiman yang memiliki jarak tempuh cukup jauh dari kantor kepala desa.
“Jadi, untuk mereka (warga) datang ke tempat (kantor kepala desa yang memberikan bantuan) itu harus menempuh waktu yang lama, sehingga saya sampaikan sesuaikan (inovasi) dengan kondisinya. Karena yang paling paham terkait dengan kondisi wilayahnya adalah perangkat kewilayahan setempat,” kata Atalia.
“Oleh karenanya, kita buat sesuatu dengan cara inovatif dan kreativitas yang tinggi. Yang paling penting adalah pastikan tidak boleh ada satu orang pun yang tidak bisa makan setiap harinya,” tegasnya.
Selain memastikan tidak ada warga yang kelaparan di 27 kabupaten/kota yang ada, Atalia juga berharap program Gasibu yang digulirkan Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar ini bisa dilaksanakan di seluruh desa/kelurahan atau kecamatan yang ada di Jabar.
Sementara melalui Jabar Bergerak, Atalia meminta relawannya untuk menyisir warga yang tidak terdata dalam daftar penerima bantuan.
“Jabar Bergerak menyisir mereka-mereka yang tidak terdata dalam satu wilayah, tetapi mereka betul-betul membutuhkan. Biasanya orang yang kesulitan makan atau pengemis, rumah-rumah panti atau sosial yang menjadi target sasaran,” ujar Atalia.