JAKARTA – Indonesia menolak tawaran Amerika Serikat terkait perairan Natuna, Kepulauan Riau.
Hal itu diungkapkan oleh Menkopolhukam Mahfud MD. Menurutnya, pemerintah AS menawarkan kerjasama di perairan Natuna pasca kapal-kapal Cina beroperasi mencuri ikan di kawasan ZEE. Tawaran itu disampaikan Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R Donovan Jr.
“Dia bertanya soal Laut Cina Selatan. Dia menawarkan apa yang bisa dikerjasamakan antara Amerika dengan Indonesia. Saya bilang tidak perlu kerja sama dengan AS,” kata Mahfud di Gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (25/1) dilansir dari fin.co.id.
Dikatakan, jika Indonesia menerima tawaran AS di perairan Natuna, berarti Indonesia turut berperang dengan Cina. Selain itu, Indonesia juga akan terjebak dalam perang proxy antara kedua negara tersebut. Mahfud menegaskan posisi Indonesia terkait perairan Natuna sudah jelas dan tidak dapat diganggu gugat.
Berbeda dengan Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Vietnam yang berperkara secara multilateral melawan Cina. “Indonesia tidak pernah berperkara. Karena kita tidak pernah menganggap Cina punya hak atas perairan kita. Kalau datang usir saja. Kita tidak perang kok,” imbuhnya.
Hal itu juga disampaikan saat menerima kunjungan Dubes Cina untuk Indonesia, Xiao Qian. Mahfud menegaskan Indonesia tidak bernegosiasi soal perairan Natuna yang diatur hukum internasional. “Jadi posisi Indonesia atas Natuna sudah sangat jelas. Sehingga tidak perlu ada tawaran bantuan ataupun negosiasi. Natuna adalah bagian dari NKRI,” paparnya.
Terpisah, Panglima Komando Armada I TNI AL, Laksamana Muda TNI Muhammad Ali , menjelaskan Indonesia menerapkan strategi diplomasi lunak terkait Natuna dengan cost guard Cina. Menurutnya, persoalan di Natuna bukan hanya kedaulatan Indonesia yang dilanggar.
Namun juga ada konflik lebih besar melibatkan dua negara. Yakni Amerika Serikat dan Cina. “Indonesia tidak mau diseret ke konflik itu. Kita berusaha menahan diri. Inilah kenapa Indonesia tidak keras, tetapi melakukan penindakan yang lunak saja,” terang Ali.
Hal itu berbeda dengan peristiwa yang sama pada 2016 silam. Saat itu kapal perang TNI AL menembak kapal nelayan asal Cina. “Yang kemarin itu tidak ada satupun peluru yang keluar. Tapi, saat 2016, TNI AL sempat menembak kapal ikan Cina. Tapi sekarang kami menahan diri,” ucapnya.