Sementara itu Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid mengatakan tidak ada yang aneh dengan kemunculan kerajaan-kerajaan baru. ”Menurut saya tidak ada yang aneh. Dari waktu ke waktu terus bermunculan. Kalau kita lihat, sejak 1970-an, kerajaan-kerajaan seperti itu bermunculan,” ujar Hilmar.
Kemunculan kerajaan-kerajaan baru tersebut, merupakan bentuk ekspresi dari masyarakat yang mengidentifikasi diri dengan kejayaan masa lalu. ”Ya seperti saya sebutkan tadi, tidak ada yang aneh. Cara mengekspresikan bermacam-macam,” kata dia.
Menurut dia, hal itu baru menjadi masalah jika mengumpulkan massa, mengumpulkan dana, hingga membentuk tentara. Menurut dia, hal itu merupakan urusan kepolisian. Hilmar juga menganggap kemunculan kerajaan-kerajaan baru tersebut, sebagai soal kedalaman pengetahuan. Seberapa jauh yang bersangkutan mempelajari sejarah, diramu menjadi hal baru. ”Ya kalau dari sisi saya, saya tidak menganggap hal itu sebagai masalah kebudayaan. Baru menjadi masalah, ketika memobilisasi massa, mengumpulkan dana atau membentuk tentara,” timpalnya.
Untuk diketahui sejumlah kerajaan baru bermunculan di Tanah Air, seperti Keraton Djipang di Blora, Keraton Agung Sejagat di Purworejo, hingga Sunda Empire di Jawa Barat. Hal ini cukup meresahkan publik. Selain aktivitasnya cukup mengganggu, ternyata ada unsur penipuan di dalamnya. (fin/ful/hyt)