CIANJUR – Sekretaris Asosiasi Ahli Teknik Indonesia (AATI) DPD Jawa Barat, Yanyan Heryana menyebutkan bahwa kontur Jalan Raya Sukabumi, tepatnya sepanjang Gekbrong sampai Bangbayang memiliki kemiringan yang terlalu tinggi untuk jalan nasional. Selain itu jalan di sana juga punya trek lurus yang panjang.
Gekbrong, lanjut dia, memang satu-satunya akses jalan yang sering dilintasi kendaraan besar dari Jakarta yang melewati Sukabumi menuju Bandung, maupun sebaliknya. Sebagai solusi jangka pendek meminimalisir terjadinya kecelakaan, pihak terkait bisa menerapkan regulasi.
“Jangka pendek, mungkin ke pengaturan regulasi untuk pelintasan truk yang besar itu ada timing. Contoh, kejadian itu selalu pagi pada waktu orang ramai untuk bekerja ke pabrik. Nah, karena seperti itu kendaraan kecil yang menghalangi truk besar akan bikin kagok. Mungkin penguasa lingkungan atau dari nasional seperti halnya jalur Puncak tidak boleh dilewati truk dengan memindahkan jalur ke Jonggol,” terang Yanyan kepada Cianjur Ekspres menyikapi banyaknya kasus kecelakaan di daerah Gekbrong, Rabu (18/12/2019).
“Apalagi nanti kalau Bocimi sudah selesai, dan gate Sukabumi Timur dibuka, terbayang alangkah padat traffic-nya di sana. Karena Bocimi hanya sampai Sukabumi timur, akses selanjutnya kemana? Ya ke Gekbrong karena ga ada jalur lain lagi. Ini harus dipikirkan dari sekarang juga agar akses ini bisa aman,” tambahnya.
Dia menjelaskan, Bangbayang memiliki kemiringan 14 persen. Jadi sekitar 40 derajat, dan treknya yang lurus, panjang, bisa membuat orang lalai. “Pemerintah mau gak mau harus membuat jalur baru lagi untuk jangka panjangnya, kalau gak mau, buat tol lagi. Beda dengan Bangbayang, walapun memiliki kemiringan yang lebih, Nagrek itu berkelok sehingga membuat orang waspada, sementara Gekbrong lurus dan panjang bisa membuat orang lalai,” terang Yanyan.
Baca Juga: Fuso Hantam Kios di Gekbrong, Tiga Orang Tewas
Sekarang, kata dia, pemberlakukan jam operasional kendaraan besar itu memang sudah diterapkan namun masih banyak pengguna jalan yang tidak disiplin. “Itu balik lagi ke masalah disiplin, tinggal petugas saja yang tegas. Mungkin ini juga akan membuat suatu dampak kepada industri tersebut. Tapi ini kan daripada banyak korban, mana resiko yang lebih rendah. Apakah ekonomi atau kecelakaan,” ungkapnya.