BANDUNG – Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat (Jabar) melakukan sidak dan pemantauan terhadap sejumlah komoditas kebutuhan pokok masyarakat di pasar tradisional, ritel modern dan pusat perbelanjaan di Kota Bandung, Senin (9/12/2019).
Pemantauan dan sidak tersebut dilakukan dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung, Bea Cukai, Satgas Pangan, Dinas Kesehatan dan BPOM menjelang Hari Raya Natal 2019 dan Tahun Baru 2020.
“Kami melihat perbedaan antara pasar tradisional, ritel modern dan pusat perbelanjaan kemudian kami juga ingin tahu posisi harga menjelang Natal dan Tahun Baru,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat Moh Arifin Soedjayana seusai sidak.
Arifin mengatakan dua minggu lalu pihaknya bersama Dirjen Kementerian Perdagangan juga sudah melakukan pemantauan harga di sejumlah titik di Kota Bandung. Dari hasil pemantauan tersebut, pihaknya memastikan saat ini kondisi harga dan pasokan aman.
“Alhamdulillah dari rapat dan kunjungan terakhir sampai saat ini aman. Aman itu stabil di harganya,” ujarnya.
Berdasarkan hasil sidak, kata dia, harga beras medium di pasar tradisional Rp11.500/kilogram masih aman dan sesuai Harga Eceran Tertinggi atau HET. Sedangkan di pusat perbelanjaan harga beras premium Rp12.800/kilogram dan harga beras premium juga masih di bawah HET.
Harga kebutuhan pokok lainnya seperti telur ayam ras saat ini terpantau harganya Rp23.000/kilogram yang dijual di pusat perbelanjaan Rp23.700/kilogram.
Lalu di pasar tradisional harga telur ayam ras dijual Rp24.000 hingga Rp25.000/kilogram. “Jadi telur aman dengan toleransi harga seperti itu,” ujarnya.
Untuk komoditas daging ayam ras pun, menurut dia, harganya masih bisa ditoleransi sekitar Rp33.000 hingga Rp34.000/kilogram di pasar tradisional dan untuk ritel dan pusat per belanjaan Rp33.000 lebih juga. Sehingga untuk harga daging ayam masih batas wajar.
“Dan kondisi yang sama juga terjadi untuk daging sapi dan minyak goreng. Sehingga kami meminta agar kondisi ini terus terjaga, pihak Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) menjadi stabilisator harga kebutuhan,” katanya.(ant/hyt)