KUPANG – Pengamat Politik dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, Marianus Kleden, mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin memainkan filosofi kapitan perahu untuk menjalani roda pemerintahan pada periode kedua (2019-2024).
“Dengan filosofi kapitan perahu ini artinya Jokowi ingin menggeser paradigma dari banyak omong menuju pada kecepatan bergerak,” katanya, Selasa (22/10/2019).
Dia mengatakan hal itu berkaitan dengan pidato perdana Jokowi setelah dilantik sebagai Presiden Indonesia Periode 2019-2024 di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada Minggu (20/10).
Dalam pidato itu, lanjutnya, Jokowi mengutip sebuah pepatah bugis: pura babbara’ sompekku, pura tangkisi’ golikku, yang artinya layarku sudah terkembang, kemudiku sudah terpasang, kita bersama menuju Indonesia maju.
Pepatah ini, kata Marianus, menunjukkan bahwa Jokowi ingin menggeser cara pandang dari semangat musyawarah menuju semangat kapitan perahu.
Menurut Marianus, budaya Indonesia merupakan budaya musyawarah, tetapi sesungguhnya merupakan budaya suku Jawa, sedang di dalam budaya suku Bugis, musyawarah bukanlah hal yang penting.
“Yang penting adalah bagaimana seorang kapten kapal itu cermat membaca situasi dan mengambil keputusan yang tepat tanpa terlalu banyak bertanya atau bermusyawarah,” kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unwira Kupang itu.
Ia menambahkan, “Itu sebetulnya menunjukkan prioritas utama pada kecepatan bergerak yang mau diterapkan oleh Jokowi dalam periode kedua memimpin pemerintahan.”
Dia menambahkan, Presiden Jokowi menginginkan agar Indonesia bergerak lebih cepat menuju negara maju, karena itu para menteri di kabinet kerjanya juga tidak memiliki visi-misi melainkan hanya dari Presiden.
“Visi-misi hanya dari Presiden ini sebenarnya menunjukkan bagian dari filosofi kapitan perahu bahwa semuanya tergantung nahkoda,” katanya.(ant/hyt)