“Di sini, baru ide gagasan saya bicara ada 4.700 akademi, politeknik, universitas, perguruan tinggi, bagaimana kalau kita pakai tiga universitas kita atau politeknik atau akademi pakai rektor asing, baru bicara seperti itu sudah langsung dikatakan Presiden Jokowi antek asing,” ungkap Presiden.
Hal itu, menurut Presiden, bukan bagian dari cinta keagamaan.
“Kita bisa menyaksikan kemajuan negara-negara di Amerika mengelola keberagamaan itu dan satu tahun ini. Kita lihat kemajemukan di Timur Tengah, di UEA, 40 tahun lalu UEA merupakan negara tertinggal, pendapatan rendah, tertutup” kata Presiden.
Namun sekarang “income” per kapita 43 ribu dolar AS. “Sheikh Muhammad ke saya, tahun 1970an dari Dubai ke Abu Dhabi masih naik unta, Indonesia sudah naik Holden dan Impala tapi mereka meloncat begitu cepatnya,” kata Presiden.
Menurut Presiden, “soverign wealth fund” UEA mencapai 700 miliar dolar AS dan menduduki peringkat ke-3 besar dunia.
“UEA menjadi ikon kemajuan dunia dengan kota termodern dan terindah kemajuan di dunia apa kuncinya? Apakah SDA? Saya yakin bukan yang utama dan SDA Indonesia lebih kaya dibanding UEA, mereka punya minyak, kita juga punya, kita punya hutan dan kayu, tambang mineral batubara, lahan subur. Menurut saya salah satu kunci utamanya keterbukaan dan toleransi,” tegas Presiden.
Presiden menilai bahwa isu kemajemukan bukan hanya isu sosial dan politik tapi penerimaan kemajemukan juga menjadi isu pembangunan ekonomi.
Tanpa penerimaan kemajemukan, anggota warga dengan latar belakang berbeda maka masyarakat tersebut akan jadi masyarakat tertutup dan tidak berkembang.
“Mari kembalikan ke semangat berdirinya negara ini yaitu Bhineka Tunggal Ika, yang mampu mengelola kemajemukan di internal bangsa kita yang mampu menjadi teladan merawat toleransi dan persatuan dan berani terbuka untuk kemajuan bangsa,” kata Presiden Jokowi.(ant/hyt)