“Sedangkan untuk Rancaekek-Tanjungsari sepanjang 11,5 km targetnya 2020-2021, estimasi biaya Rp 1,11 triliun. Pra FS (studi kelayakan) selesai, mapping lahan 100 persen juga telah diadakan rapat koordinasi. Pendanaan dalam proses usulan PMN (Penyertaan Modal Negara),” imbuhnya.
Untuk rute Banjar-Pangandaran-Cijulang sepanjang 82 km, proses reaktivasi berlangsung pada 2020-2022 dengan estimasi investasi Rp 2,39 triliun. Saat ini, tahap Pra FS sudah selesai dengan mapping lahan 50 persen dan pendanaan dalam proses usulan PMN.
Terakhir, reaktivasi rute Bandung-Ciwidey sepanjang 37,8 km berlangsung pada 2020-2022 dengan jumlah investasi Rp 2,712 triliun. Setelah Pra FS selesai di 2017, saat ini progres mapping lahan menjejak 50 persen.
Untuk rute ini serta Transit Oriented Development (TOD) Stasiun Bandung, pendanaan bisa melalui tawaran pinjaman dalam rupiah dari Brithish Konsorsium atau proses usulan PMN.
Totalnya, reaktivasi keempat jalur yakni Cibatu-Cikajang, Rancaekek-Tanjungsari, Banjar-Pangandaran-Cijulang, serta Bandung-Ciwidey meliputi jalur sepanjang 178,8 km dengan estimasi biaya Rp 7,273 triliun dan ditargetkan rampung seluruhnya di 2022.
Sementara itu, Kepala PT. KAI DAOP II, Saridal, megatakan tujuan reaktivasi jalur kereta api dilakukan karena Jawa Barat mempunyai rute yang strategis. Harapannya, tempat wisata yang dilewati menjadi potensi untuk mengembangkan sektor pariwisata. Selain itu, reaktivasi kereta juga bisa diharapkan mengatasi kemacetan di kawasan Bandung Raya. (rls)