CIANJUR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur mengajak semua pihak untuk melakukan penanganan bencana, mulai dari jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Ditargetkan penanganan tersebut dapat meminimalisir dampak bencana, terutama untuk kekeringan.
Kepala BPBD Kabupaten Cianjur, Dodi Permadi, mengatakan, hampir setiap tahun tercatat bencana kekeringan melanda 90 desa di 11 kecamatan. Meski di tahun ini baru ada sekitar empat hingga lima kecamatan yang terdampak kekeringan, namun kemungkinan cakupan wilayahnya akan sama dengan tahun lalu, jika penanganannya tidak ada perubahan.
“Setiap tahun penanganan kekeringan ini hanya distribusi air bersih menggunakan tangki kemudian dibagikan ke warga dengan jerigen. Itu tidak akan optimal dan menjadi solusi. Bahkan kalau begitu terus, kita bodoh karena tidak memiliki inovasi dalam penanganan dan meminimalisir dampak untuk setiap tahunnya,” ujar dia saat memberikan materi dalam Rakor Penanganan Bencana Kekeringan di Aula Kantor Bappeda, Selasa (9/7).
Bahkan untuk data kebencanaan tahun lalu, lanjut dia, hampir seluruhnya belum bisa ditangani dengan maksimal. “Ya karena metodenya begitu saja, harusnya dilakukan penanganan lain yang mengurangi dampak di tahun selanjutnya,” kata dia.
Menurutnya, untuk penanganan kebencanaan di Cianjur, terutama kekeringan pihaknya akan melibatkan semua pihak. Pasalnya, keterlibatan instansi pemerintahan, warga, hingga dunia usaha dalam kebencanaan akan membuat Cianjur siap dalam pencegahan, bukan lagi penanganan pasca bencana.
“Yang terpenting saat ini ialah pencegahan dampak bencana, kuban sekedar penagnanan pasca bencana. Makanaya perlu koordinasi lintas sektoral, supaya pencegahannya bisa maksimal,” kata dia.
Dodi mengatakan, khusus untuk bencana kekeringan akan dilakukan tiga tahapan penanganan, mulai dari penangananan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Untuk jangka pendek, menurutnya, dilakukan dengan penanganan di lapangan oleh lingtas setoral melalui pelaporan rutin dari setiap kecamatan, mulai dari dampak hingga kebutuhan di setiap daerah.
“Pada jangka menengah, dilakukan perbaikan sarana dan prasarana yang rusak. Misalnya di Cibeber dengan pembangunan irigasi supaya aliran air bisa normal ke lahan pertanian dan pemukiman warga. Sedangkan untuk jangka panjang, dilakukan dengan pembuatan sarana yang dapat meminimalisir dampak kekeringan, salah satunya membangun bak penampungan di wilayah rawan kekeringan,” kata dia.