CIANJUR – Aktivis lingkungan mendorong Pemerintah Kabupaten Cianjur untuk menganalisa dan menjaga kondisi hulu Sungai Cikondang. Pasalnya kekeringan di wilayah Cibeber, Kabupaten Cianjur, yang mengancam seribuan hektar lahan pesawahan tidak hanya diakibatkan jebolnya irigasi, tapi juga kondisi hulu sungai.
Aktivis lingkungan yang juga Relawan Bela Alam, Eko Wiwid, mengatakan, kekeringan yang mengancam sembilan desa di Kecamatan Cibeber dengan kerugian materil ditaksir mencapai Rp 80 miliar lantaran lahan pertanian yang juga berpotensi gagal panen, harus menjadi bahan evaluasi Pemkab Cianjur.
Menurutnya, kekeringan tersebut bukan hanya diakibatkan bendungan atau jaringan irigasi yang ambrol. Namun ada beberapa faktor lainnya yang membuat kondisi air tidak normal.
“Menurut saya jika sumber-sumber utama air dari hulu dan anak-anak sungai DAS Cikondang tetap terjaga dan lestari tidak akan ada kata kekeringan bagi bagian hilir. Jadi bukan semata-mata irigasi yang rusak, tapi juga sumber airnya juga mempengaruhi,” kata dia.
Menurutnya, DAS Cikondang berada di bagian wilayah tengah Kabupaten Cianjur yang bermuara ke Citarum yang tentunya mempunyai banyak anak sungai yang mengalir dari banyak perbukitan. Jika perbukitan yang menjadi sumber mata air sungai tersebut terjaga lingkungan dan hutannya, maka air akan tetap normal meski di hutan kemarau.
“Sudahkan Pemkab Cianjur melakukan analisa atau mitigasi sumber air dari Hulu Sungai Cikondang? Sudahkah Pemkab Cianjur merawat dan menjaga sumber-sumber air untuk debit air Cikondang termasuk merawat irigasi air pertanian?” tanya dia.
Dia pun mendorong agar Bupati Cianjur hingga jajaran pejabat di bawahnya bisa segera menangani masalah kebutuhan air. “Semoga hal ini menjadi agenda kerjanya Wakil Rakyat Daerah Cianjur yang baru. Bahkan jangan hanya Das Cikondang, tapi termasik sungai-sungai lainnya,” ucap Eko.
Diberitakan sebelumnya, Kabupaten Cianjur terancam kehilangan puluhan ribu ton padi dengan kerugian lebih dari Rp 80 miliar hingga 2021. Pasalnya seribuan lahan pertanian di Kecamatan Cibeber kekeringan akibat jaringan irigasi sungai Cikondang yang belum kunjung diperbaiki.
Perlu diketahui, tanggul irigasi di Sungai Cikondang terjadi pada Januari 2019. Jebolnya bangunan tanggul diduga karena sudah cukup tua. Sebab, saat terjadi peristiwa itu debit air dalam keadaan normal.(bay)