“Kami bertemu dengan warga lain yang juga memiliki hutang pada si juragan, beberapa tokoh masyarakat, tokoh pemerintahan dan tokoh agama pun ikut duduk melingkar bersama menyuarakan keresahan yang mereka alami,” katanya.
Ia mengatakan bukan hanya satu atau dua rentenir, ada beberapa lembaga keuangan yang menamai diri sebagai koperasi dan bank keliling yang juga getol memberikan pinjaman uang pada masyarakat yang mayoritas adalah buruh tani.
Menurutnya dampaknya sudah bisa ditebak, nyaris semua masyarakat di kampung itu memiliki hutang. Baik pada bank keliling maupun rentenir. Motif di balik kegiatan hutang berhutang juga beragam. Mulai dari kebutuhan dasar, permodalan usaha,cicilan kendaraan hingga strategi gali lubang tutup lubang.
“Sungguh menyedihkan ketika masyarakat desa di perkampungan justru dimanfaatkan sebagai objek finansial yang tidak sehat. Kurangnya pemahaman serta akses edukasi membuat mereka begitu mudah “dikelabui” dan “diiming-imingi,” katanya.
Ia mengatakan ketiadaan akses permodalan pada lembaga alternatif keuangan yang merakyat dan pro umat dengan kemudahan syarat juga menjadi sebab mereka semakin mudah terjerat lintah darat.(yis/sri)