CIANJUR – Beluma adanya terminal Cipanas yang memadai, membuat sopir angkutan umum (Angkum) sembarangan saat mengambil dan menurunkan penumpang. Kondisi ini semakin membuat kesemrawutan Cipanas yang dikenal dengan sebutan kota dolar itu.
Udes (40) salah satu sopir angkutan umum Cipanas – Cianjur mengaku kesulitan untuk mencari tempat turun dan menaikkan penumpang di seputaran Pasar Rakyat Cipanas.
“Sebenarnya dulu itu ada terminal, lokasinya dibelakang Pasar Cipanas. Tapi hingga saat ini belum juga ada kelihatan wujudnya,” katanya, saat ditemui di persimpangan Kimia Farma, belum lama ini.
Udes mengatakan, kalau jam pagi angkot Cipanas – Cianjur tidak lagi bisa naik jalur Tugaran dan keluar di persimpangan Talita Hotel. Namun menurutnya kebanyakan kalau pagi hari lebih memilih untuk mengambil jalur lurus dan langsung muter ke Balakang.
“Kalau pagi, kami jarang naik ke atas (jalur Kampung Tugaran), karena macet. Jadi kami ngambil lurus saja,” terang Udes.
Udes berharap sekali ke Pemerintah Daerah agar di wilayah Cipanas segera dibangun terminal. Dengan begitu diharapkan bisa meminimalisir kemacetan dan tak lagi terjadi semrawut.
“Saya sih, kepinginnya segera dibangun terminal, dengan begitu penumpang pun tak lagi harus turun ke bawah (Jalan Raya) untuk mencari angkutan umum,” katanya.
Senada dijelaskan Yepi (30), ia mengaku kebingungan dan harus mangkal untuk mencari penumpang di setiap persimpangan, salah satunya di simpang Kimia Farma.
“Terpaksa kami mangkal disini, karena terminalpun kita tidak ada. Sudah begitu kami pun dikejar setoran yang tinggi,” katanya.
Dijelaskannya, setoran angkot per harinya mencapai Rp 130 ribu. Dan waktunya dari pukul 8.00 Wib pagi hingga pukul 8.00 Wib malam.
“Kalau dari pagi ke pagi, setorannya mencapai Rp 180 ribu. Tapi kadang kami bawa uang ke rumah cuma Rp 40 ribu, kadang 60 ribu,” pungkasnya.(yis/sri)