CIDAUN – Minimnya penghasilan melaut karena cuaca esktrem dan musim paceklik ikan, membuat ratusan nelayan di Pantai Jayanti, mengadu nasib ke perairan Pacitan-Jawa Tengah.
Hadi (38) seorang nelayan, mengatakan sejak beberapa bulan terakhir ratusan nelayan di pantai selatan terpaksa menganggur karena cuaca buruk berkepanjangan dan minimnya hasil tangkapan setiap kali melaut.
Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terpaksa banting stir menjadi buruh tani atau buruh serabutan diberbagai wilayah di kota atau keluar kota Cianjur, agar tetap dapat menapkahi keluarganya.
“Saya dan sebagian besar nelayan lainnya berusaha bertahan karena tidak memiliki cukup modal untuk pindah mencari ikan di perairan Jateng. Saat ini nelayan lokal hanya berani keluar beberapa ratus meter dari bibir pantai,” katanya kepada wartawan, Minggu (6/1).
Meskipun hasil tangkapan sekali melaut hanya cukup untuk menutupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan tidak cukup untuk satu pekan. Bahkan untuk biaya melaut sebagian besar terpaksa meminjam terlebih dahulu ke pemilik kapal atau tetangga.
Mahalnya harga bahan bakar di wilayah tersebut, cukup dikeluhkan nelayan yang mencapai Rp10 ribu persatu liter BBM jenis pertalite atau premium. Pasalnya selama ini mereka tidak dapat membeli langsung ke SPBU karena harus mengantongi surat izin resmi.
“Harapan kami kedepan ada SPBU yang khusus untuk nelayan, sehingga kami tidak harus membayar mahal untuk satu liter BBM jenis premium atau pertalite.Sekalipun ada kami menumpang ke kelompok tani bukan kelompok nelayan,” katanya.
Dia menambahkan, saat ini harga berbagai jenis ikan laut mengalami peningkatan, namun hasil tangkapan bellum mencukupi untuk menutup biaya operasional melaut.(bay/red)