CIANJUR – Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur mencatat hasil tangkapan ikan laut masih dibawah 1.000 ton per tahun. Hal itu dikarenakan para nelayan di wilayah selatan Cianjur masih banyak yang menggunakan alat tradisional, sehingga kurang maksimal.
Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur Parwinia, mengungkapkan, hingga triwulan ketika 2019, jumlah tangkapan ikan laut baru mencapai 464 ton, sedangkan pada 2017 angkanya mencapai 926 ton.
“Memang untuk sama dengan tahun lalu sampai saat ini belum. Tapi kami upayakan di triwulan keempat ini tangkapan ikan bisa maksimal supaya melebihi capaian di tahun lalu,” ujar Parwinia kepada wartawan, Rabu (7/11).
Dia mengatakan, untuk jenis tangkapan ikan, Cianjur ini hanya menghasilkan ikan layur, manyung, dan jenis ikan lain yang berada di perairan dangkal. Pasalnya, perahu yang digunakan masih berukuran 5 gross tonnage (GT).
Di samping menggunakan perahu kecil, nelayan di Cianjur selatan juga masih banyak yang menggunakan peralatan tradisional. Akibatnya hasil tangakapan tidak maksimal, walaupun potensi laut sangat melimpah.
“Jadi banyak kendala dari nelayan kita, mulai dari ukuran perahu yang kecil, alat yang masih tradisional. Tapi kalau nanti sudah ada pelabuhan, tentu perahu pun bisa yang lebih besar dan alatnya akan dimodernkan, supaya hasil tangkapan bisa lebih beragam dan maksimal,” kata dia.
Selain itu, kata Parwinia, diduga masih banyak terjadi transaksi jual beli hasil tangkapan di tengah laut. Akibatnya data tangkapan yang masuk ke dinas sangat sedikit.
“Ini yang masih kami telusuri, apakah memang ada transaksi di tengah laut untuk dibawa ke pelelangan di daerah lain atau tidak. Kalaupun ada, kami akan cari tahu penyebabnya, apakah karena perbandingan harga atau apa. Supaya kedepan tangkapan ikan masuk seluruhnya ke Cianjur, sehingga ketahuan potensi yang ada sebenarnya berapa,” pungkasnya. (bay/sri)